SEJARAH SDS SINT YOSEPH

Pencarian

Follow Us

Kalender

September 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30

PPDB SDS SINT YOSEPH

Polling

Menurut anda, apakah SD Sint Yoseph, sekolah berkualitas?

  Sangat Berkualitas
  Berkualitas
  Tidak Berkualitas
  Sangat tidak berkualitas
  Tidak Tahu

  Hasil Polling

SEJARAH SDS SINT YOSEPH


Batavia Vereeninging mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Dasar pada tahun 1920 yang pada awal mulanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak panti asuhan. Selanjutnya sekolah ini juga hanya menerima anak-anak keturunan Belanda saja.  Pada tahun 1950 mulai Mulai menerima juga siswa keturunan Tionghoa dan Pribumi. 

Dalam perkembangannya kemudian diberi nama Sint Joseph dengan Surat Keputusan Pemerintahan Nomor 46115 tanggal 16 Februari 1953. Sekolah Dasar Sint Joseph berstatus bersubsidi. Pada saat memulai, Gedung SD Sint Yoseph yang berlokasi di Jl. Kramat Raya No. 134 hanya mempunyai 5 (Lima) ruang kelas. Pada tahun 1958 dibangun kembali menjadi 8 (delapan) ruang kelas. Kemudian pada tahun 1972 dibagun kembali penambahan 4 (empat) kelas. Seiring dengan perkembangannya, kini jumlah kelas di SD Sint Yoseph menjadi 14 (Empat Belas) Kelas.

Pada Tahun 1992 dibangun gedung berlantai tiga yang diresmikan pada tahun 1993 oleh Uskup Agung Jakarta Leo Sukoto dan Gubernur DKI Soejadi Soedirdja. Melihat adanya kebutuhan untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, maka pada Tahun 1993 Pater Aloysius Ombos OFM merintis pembukaan Kelas bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang kemudian disebut ABK. Dalam pergaulan di sekolah, murid kelas ABK berbaur dengan murid kelas reguler agar mereka tidak merasa dibedakan, termotivasi dan dapat mendukung perkembangan mereka dalam berinteraksi.

Kelas ABK didirikan untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tersebut meliputi : 

  • Autisma, 
  • Gangguan Perkembangan Pervasive Yang Tidak Dikenal, 
  • Gangguan Perkembangan Multisistem, 
  • Gangguan Atau Keterlambatan Bahasa, 
  • Tonus Otot Lemah (Hipotonia), 
  • Gangguan Pengintegrasian Sensori ( Sensory Intefration Disorder), 
  • Gangguan Pemusatan Perhatian (ADD Dan ADHD)
  • Gangguan Yang Berkenaan Dengan Metabolisme Dan Gangguan Lain.